Manfaat kesehatan tersebut telah dibuktikan melalui penelitian (Antonelli & Donelli, 2019; Gagnol & Landel, 2016). Namun demikian, terdapat beberapa kasus yang memberi dampak sebaliknya, misalnya warga mengalami keadaan tidak sadarkan diri. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan warga mengenai waktu dan durasi yang tepat untuk melakukan kegiatan berendam, serta kondisi fisik sebelum berendam, khususnya terkait vital signs.
Hal tersebut mendasari riset yang dilakukan Dharma (2017) yang mampu mengidentifikasi dan menjawab permasalahan tersebut. Hasil riset tersebut menjadi acuan dalam kegiatan pengabdian dengan topik terapi panas pasir hitam. Pengembangan kegiatan rendam pasir sebagai produk wisata kesehatan belum banyak dan belum lama dilakukan di tempat-tempat yang potensial (Gagnol & Landel, 2016), padahal salah satu dampak menonjol yang menjadi turunan dari kegiatan wisata kesehatan tersebut adalah aspek ekonomi. Oleh karenanya, pengembangan kegiatan rendam pasir sebagai produk wisata kesehatan adalah penting. Kegiatan pengabdian ini sangat relevan untuk digiatkan di Buleleng. Sebagai kabupaten berpantai terpanjang di Bali, Buleleng berpotensi mengangkat dan mengemas aktifitas rendam pasir ini sebagai sebuah produk wisata kesehatan, di mana Giri Emas dapat menjadi pilot project. Fokus produk wisata kesehatan ini tidak hanya pada tubuh, tetapi juga relaksasi pikiran.
Selain itu, aktifitas rendam pasir yang dikemas sebagai produk wisata ini juga dapat membantu masyarakat setempat lebih peduli pada dan berupaya meningkatkan kebersihan lingkungan pantai, dan degan potensi dan keunikan Pasir yang di miliki dikembangkanlah Wisata Kesehatan di Desa Giri Emas dengan Terasirtamnya Sebagai Produk unggulan.