WISATA BUDAYA & SPIRITUAL
GOA RAKSASA & CALUNG ( Water Cave )
Meninggalnya Sri Aji Marakata pada tahun 1049 M, maka kekuasaan Raja Bali di ambil oleh adik beliau yang bernama Sri Aji Anak Wungsu. Pada awal kekuasaannya beliau memerintah dari Keraton Kecubung Kasihan di Desa Bebetin Buleleng. Hal ini dapat di buktikan dari uraian “Prasasti Trunjan C” tahun 1049 yang menjelaskan “Ida Padukahaji di Manasa”.
Dalam Prasasti Bebetin A III tahun 1050 M beliau mengeluarkan kebijakan terhadap Masyarakat Banua Bharu untuk menata situasi sosial kemasyarakatan di wilayah tersebut.
Pada tahun 1058 M Keraton Kecubung Kesihan diserang oleh kerajaan Daha, Maka Sri Aji Anak Wungsu memindahkan pusat kekuasaan ke wilayah Sukawana dengan keraton Sukha Pura, perpindahan pusat kekuasaan ini menimbulkan gelombang perpindahan penduduk dari desa pakuan ( Bebetin) ke wilayah Sukawana, sejak saat itu wilayah pakuan disebut “Desa Pakisan” ( berasal dari kata Pakiisan yang berarti Perpindahan), hal ini dapat kita lihat pada uraian Prasasti Sangsit A + Belantih A tahun 1058 M, yang menerangkan tentang kebijakan Raja terhadap masyarakat di Suka Pura ( Sukawana), Harangan, Gurguran, dan Bangli.
Kuta Dalem ( Desa Sangsit ) tetap digunakan sebagai gerbang keratin yang disebut Kuta Sukha Pura. Sejak saat itu intensitas perdagangan antara masyarakat Kintamani dengan masyarakat Manasa semakin ramai dilakukan.
Perhatian Sang Raja “Sri Aji Anak Wungsu” terhadap pertanian sangatlah besar sehingga pada tahun 1071 M beliau membuat trowongan irigasi untuk mengairi wilayah – wilayah bumi menasa yang kering. Hal ini dapat dilihat pada “Prasasti Sangsit D” dengan bukti tulisan “Wulan Sukla Ksetra” tulisan ini merupakan tahun Candra Sangkala yang berarti tahun Saka 993 atau tahun 1071 M.
Terowongan air ini disamping berfungsi untuk saluran irigasi pertanian juga berfungsi untuk jalan pintas bagi para pejabat kerajaan. Oleh masyarakat Sangsit terowongan air ini lebih dikenal dengan nama “Goa Raksasa” yang berarti terowongan yang besar.
Dalam kehidupan masyarakat setempat terdapat Foklore ( Cerita Rakyat ) yang berjudul Goa Raksasa. Konon pada saat piodalan di Pura sora Lepang, Penari Rejang yang berada pada urutan terakhir selalu hilang, hilangnya penari rejang ini terus berulang, sehingga banyak masyarakat Sangsit yang tidak berani ngayah dalam pelaksanaan upacara piodalan di Pura tersebut. Situasi ini menyulitkan para manggala desa sehingga dibuat rencana untuk menyelidiki penyebab dari hilangnya penari tersebut. Seorang sukarelawan yang akan menyelidiki kejadian tersebut menjadi penari rejang dengan membawa sebakul “Oot Pesak” (Dedak Kasar) ternyata penari rejang tersebut juga hilang kemudian para manggala Desa dengan masyarakat beramai – ramai mencari penari itu dengan jalan mengikuti ceceran Oot Pesak tersebut, Setelah bebeapa lama sampailah ceceran Oot Pesak tersebut pada sebuah Goa yang dihuni oleh seorang raksasa, kemidia raksasa tersebut dibunuh dengan cara membakar dengan Oot Pesak di dalam terowongan, sejak saat itu pelaksanaan piodalan di pura Sora Lepang mulai berjalan lancer dan damai. Adanya Mitologi tentang hilangnya penari Rajang tersebut maka hingga saat ini masyarakat di sekitar Sangsit tidak berani menghaturkan tari rejang pada saat piodalan di pura – pura tertentu.
Interpretasi dari cerita tersebut diatas adalah pada saat dibuatnya terowongan air yang ada dideket Pura Sora Lepang, para pekerja yang mendapat giliran paling belakang selalu meninggal, sehingga banyak masyarakat yang tidak berani bergotong – royong mengerjakan terowongan tersebut. Setelah diselidiki ternyata di dalam terowongan tersebut terdapat batu besar (Simbolisasi dari raksasa) yang menghalangi penggalian tersebut. Akhirnya batu tersebut dihancurkan dengan cara dibakar dengan Oot Pesak (Dedak Kasar). Sejak saat itu pembangunan terowongan tersebut dapat berjalan secara lancar dan tidak ada gangguan lagi.
Secara bukti nyata di dalam terowongan tesebut terdapat terowongan yang agak besar menyerupai ruangan yang merupakan posisi dari batu besar yang menghalangi pembuatan terowongan tersebut.