Desa Tegalmengkeb berlokasi di Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali dengan luas wilayah 549.363 Ha dan terletak pada ketinggian ± 8,533 MDPL. Desa ini memiliki garis pantai sepanjang 549 Ha yang linear dengan Pura Tanah Lot serta berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Sekitar 75% dari luas wilayah Desa Tegalmengkeb merupakan kawasan persawahan sebagai sumber mata pencaharian utama masyarakat lokal. Berdasarkan babad leluhur, nama Tegalmengkeb berasal dari Bahasa Bali, yaitu Tegal (ladang) dan Mengkeb (tersembunyi). Konon, desa ini merupakan tempat pelarian dan persembunyian dari salah satu keturunan Pasek Badak, seorang tokoh historis di Kabupaten Badung yang menolak untuk tunduk kepada Kerajaan Mengwi.
Desa Wisata Tegalmengkeb memiliki panorama alam pegunungan, pantai dan persawahan yang menyatu sempurna dengan keramahaman masyarakat lokal. Selain itu, di desa ini juga terdapat banyak cerita rakyat menarik, seperti kisah Kebo Iwa, seorang tokoh legenda Bali yang pernah menendang tebing di desa ini hingga terbelah menjadi dua. Tebing ini kemudian dinamai Njung Pegat (Njuang=Tanjung; Pegat=Terbelah) yang dapat dilihat secara langsung dari Pantai Kelecung dengan panorama sangat memukau pada saat sunset. Terdapat beberapa cerita rakyat lainnya yang tengah dikembangkan sebagai produk pariwisata berbasis storynomic di desa ini. Selain itu, di desa ini juga terdapat tempat konservasi penyu dan penampungan anjing liar yang dikelola secara swadaya oleh salah seorang warga. Tempat ini merupakan salah satu atraksi wisata edukasi yang sangat menarik di Desa Wisata Tegalmengkeb.
Salah satu desa adat di Desa Tegalmengkeb, yaitu Kelecung Kelod dewasa ini tengah mengembangkan produk pariwisata berbasis digital nomadism dengan mengusung brand Kelecung RADIANT (Rural Digital Nomadism Destination). Produk ini diharapkan dapat segera diluncurkan untuk mendukung kebijakan Work from Bali dan menyambut wisatawan digital nomad pascapandemi COVID-19.