Tari Rejang Sutri dipentaskan selalu dimulai setiap Kajeng Keliwon Uwudan sasih kalima hingga berakhirnya sasih kesanga yaitu hari Ngembak Geni, sehari setelah Hari Raya Nyepi oleh masyarakat setempat.
Tradisi yang diwarisi turun - temurun ini, pantang jika ditiadakan karena dipercaya bisa membahayakan. Tarian Sakral ini ditarikan oleh wanita di Desa Batuan bertujuan untuk menolak bala pada sasih keenam sampai sasih kesanga dimana dipercayai oleh masyarakat desa bahwa bulan-bulan tersebut merupakan bulan yang berpotensi besar munculnya berbagai penyakit.
Kerap ada kejadian gaib dan mistis berkaitan dengan tarian ini. Konon katanya, ada anak muda disini melihat ada api terbang, mungkin saja itu rencang dari Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling yang mengecek apakah tradisi ini dilakukan atau tidak di Batuan.
Pernah juga ada angin kencang saat tarian sedang berlangsung yang dimungkinkan sebagai kedatangan Ida Bhatara untuk menonton langsung tarian sakral ini. Maka dari itu tradisi ini tidak pernah ditiadakan walaupun dalam kondisi pandemi. Tentunya disesuaikan dengan protokol kesehatan agar tidak terjadi klaster baru.